enjoy with my blog :D

welcome ...

this is my wordl happy and enjoy with my blog


Senin, 10 Juni 2013

LENSA KONTAK LUNAK TORIK

ASTIGMATISME & LENSA KONTAK TORIK


2.1.       ASTIGMATISME

Menurunnya fungsi mata dapat dikarenakan oleh kelainan refraksi,yaitu keadaan dimana bayangan tidak terbentuk pada retina. Astigmatisme merupakan salah satu bentuk kelainan refraksi, yaitu keadaan di mana sinar sejajar tidak dibiaskan dengan kekuatan yang sama pada seluruh meridian pembiasan. Pada astigmatisma, mata menghasilkan suatu bayangan dengan titik atau garis fokus multipel. Astigmatisme bisa terjadi pada anak-anak dan orang dewasa. Penyebab utama terjadinya astigmatisme adalah perbedaan permukaan atau lengkung kornea dan perbedaan permukaan atau kelengkungan lensa, dan umumnya lebih sering disebabkan pada kelainan kornea.



Gambar 1 : Keadaan mata normal dan mata astigmat


Penyebab Astigmatisme
Beberapa hal yang dapat menyebabkan terjadinya perbedaan kekuatan sinar yang dibiaskan seperti yang telah diuraikan diatas adalah :
1.      Kelengkungan kornea yang tidak spherical (kelengkungan yang beraturan dan sama di semua bidang meredian). Astigmatism yang ditimbulkannya dinamakan astigmatism kornea. Astigmatism ini, jika tidak terlalu besar dapat terkoreksi dengan pemakaian lensa kontak keras/kaku (hard contact lens).
2.      Kelengkungan lensa kristalin yang tidak spherical. Astigmatism yang ditimbulkannya dinamakan astigmatism internal.
3.      Terjadi kekeruhan yang tidak merata di media refrakta (kornea, humor aqueos, lensa kristalin, atau vitreuos humor). Pada beberapa penderita katarak stadium awal (immatura) dapat mengalami astigmat seperti ini.
4.      Kombinasi antara beberapa faktor di atas.
Kondisi astigmatism juga sekaligus dapat dialami oleh penderita miopia ataupun hipermetropia.

Gejala – gejala Astigmatisme
Pada astigmatism rendah :
1.      Mata cepat terasa lelah, terutama pada saat melakukan pekerjaan yang teliti pada jarak fiksasi.
2.      Terasa kabur sementara pada saat melihat dekat. Biasanya dikurangi dengan menutup mata atau mengucek – ucek mata seperti pada hypermetropia. Gejala seperti ini mungkin juga terjadi pada hypermetropia tingkat rendah. Penderita astigmatism rendah biasanya tidak menunjukkan keluhan/gejala jika mereka tidak bekerja dengan keletihan yang tinggi.
3.      Sakit kepala bagian frontal.

Pada astigmatism tinggi :
1.      Penglihatan kabur, sedikit atau jarang ada keluhan sakit kepala maupun asthenopia, tapi dapat terjadi setelah memakai lensa yang kurang lebih/mendekati koreksi astigmatsm tingginya. Keluhan ini mungkin ditimbulkan oleh akomodasi, karena akomodasi tidak dapat memberi power cylinder sehingga tidak dapat membantu astigmatism tinggi dalam mengkoreksi kekaburan penglihatannya. Adalah tidak selalu mungkin untuk menetralisir astigmatism sepenuhnya, sehingga astigmatism yang tersisa dapat menimbulkan ketidaknyamanan, paling tidak di tahap awal pemakaian lensa koreksi.
2.      Memiringkan kepala adalah keluhan kedua yang paling sering pada astigmatism oblik yang tinggi.
3.      Memutar – mutar kepala agar melihat lebih jelas, kadang juga pertanda akan adanya astigmatism tinggi.
4.      Menyipitkan mata seperti pada penderita myopia. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan efek pinhole atau stenopaic. Namun, penderita astigmatism juga menyipitkan mata pada saat melihat dekat, tidak hanya pada waktu melihat jauh.
5.      Memegang bacaan lebih mendekati mata, seperti pada myopia.

2.1.1.      ASTIGMAT KORNEA
Astigmatisma kornea yaitu astigmatisme yang ditemukan pada kornea dan diukur dengan keratometry. Perbedaan antara dua meridian utama adalah  jumlah Silindris kornea. Jumlah Silindris tercermin dalam refraksi pasien.





2.1.2.      ASTIGMATISME RESIDUAL

Silindris residual atau silindris sisa disebabkan oleh Silindris fisiologis atau induksi dapat mengurangi ketajaman, penurunan kinerja visual dan menyebabkan asthenopia (kelelahan). Ketika jumlah Silindris sisa cukup besar untuk menyebabkan masalah ini untuk pasien tertentu, Silindris sisa harus dikoreksi atau jenis lensa yang berbeda harus dipilih untuk mengurangi kesalahan residual. Ketika Silindris sisa adalah 0,25 diopter atau kurang, jarang mengurangi ketajaman untuk menyebabkan penderitaan visual atau asthenopia. Jika lebih dari 0,75 diopter Silindris residual hadir, koreksi mungkin menjadi penting.

Silindris residual secara fisiologis dapat disebabkan oleh kondisi berikut :

1. Bagian dari permukaan kornea anterior yang tidak dinetralisir oleh lensa air mata.
2. Perbedaan kelengkungan dari meridian utama dari permukaan kornea posterior.
3. Perbedaan kelengkungan dari meridian utama dari lensa kristal.
4. Miringkan dari lensa kristal.
5. Keragaman indeks bias kornea, lensa kristal atau vitreous.
6. Kejadian miring cahaya pada kornea.
7. Sebuah posisi eksentrik dari fovea dalam kaitannya dengan sumbu visual.
8. Beberapa penyimpangan dalam bentuk retina.

Silindris sisa Induced adalah Silindris yang diperkenalkan ke dalam sistem lensa kontak dengan lensa kontak itu sendiri. Kemungkinan penyebab Silindris sisa diinduksi mungkin hasil dari:

1. Tilt atau decentration dari lensa kontak;
2. Lensa melenting, atau
3. lensa lentur

Telah ditetapkan bahwa persentase yang sangat besar pasien dilengkapi dengan lensa kontak bola dapat memanifestasikan sejumlah Silindris sisa. Ini akan muncul bahwa kejadian Silindris sisa relatif tinggi dan praktisi lensa kontak harus siap untuk menawarkan alternatif kepada calon pasien.
Antisipasi Silindris residual adalah faktor tunggal terbesar dalam menentukan jenis lensa kontak dianjurkan kepada pasien.
Silindris sisa dapat dihitung jika pembacaan keratometer dan tontonan refraksi dikenal. Silindris sisa dihitung (CRA) adalah perbedaan antara pembacaan keratometer (KA) dan Silindris bias (TA): CRA = TA - KA.
Menghitung Silindris sisa dapat digunakan untuk memprediksi apakah ada  atau tidak sejumlah besar Silindris sisa mungkin hadir dengan jenis tertentu lensa kontak. Namun, dari sudut pandang klinis, metode lain memverifikasi Silindris residual adalah untuk melakukan spherocylinder subjektif over-refraksi atas bola diagnostik lensa kontak untuk menentukan Silindris residual diukur atau aktual. Perbedaan antara dihitung dan diukur residual Silindris. Silindris residual adalah bahwa dihitung diprediksi melalui formula dan aktual sisa ditentukan subyektif dengan lensa kontak pada mata pasien. Meskipun Silindris residual adalah umum, diukur secara klinis Silindris residual sering kurang dari Silindris sisa dihitung.

Sejumlah alasan dapat diberikan untuk menjelaskan perbedaan antara Silindris sisa dihitung dan diukur. Mereka adalah:
1. Kesalahan pengukuran refraksi atau "K" pembacaan mungkin mengurangi perbedaan acak.
2. Pembacaan Keratometer mungkin tidak memberikan penjelasan yang valid dari toricity kornea untuk segmen kornea melalui mana garis pandang berlalu.
3. Kemiringan atau decentration dari sistem lensa kontak relatif terhadap garis pandang menghasilkan sejumlah kecil tapi signifikan Silindris miring.
4. Fleksura lensa kornea tipis akan menghasilkan Silindris residu akibat yang dapat meningkatkan atau menurunkan total Silindris sisa. (Dari Refraksi Klinik, Vol. 2, I.M. Borish).

2.1.3.      ASTIGMATISME IREGULER
Secara garis besar, ada 2 jenis astigmatisme, yaitu astigmatisme regular dan astigmatisme irregular.
Astigmat ireguler
Astigmat yang terjadi tidak mempunyai 2 meridian saling tegak lurus. Astigmat iregular dapat terjadi akibat kelengkungan kornea pada meridian yang sama berbeda sehingga beyangan menjadi iregular. Astigmatisme iregular terjadi akibat infeksi kornea, trauma dan distrofi atau akibat kelainan pembiasan pada meridian lensa yang berbeda.
 

Astigmatisme regular
            Astigmatisme dikategorikan regular jika meredian - meredian utamanya (meredian di mana terdapat daya bias terkuat dan terlemah di sistem optis bolamata), mempunyai arah yang saling tegak lurus. Misalnya, jika daya bias terkuat berada pada meredian 90°, maka daya bias terlemahnya berada pada meredian 180°, jika daya bias terkuat berada pada meredian 45°, maka daya bias terlemah berada pada meredian 135°. Astigmatisme jenis ini, jika mendapat koreksi lensa cylindris yang tepat, akan bisa menghasilkan tajam penglihatan normal. Tentunya jika tidak disertai dengan adanya kelainan penglihatan yang lain.
           
Bila ditinjau dari letak daya bias terkuatnya, bentuk astigmatisme regular ini dibagi menjadi 2 golongan, yaitu:
1.      Astigmatisme With The Rule.
      Jika meredian vertikal memiliki daya bias lebih kuat dari pada meredian horisontal. Astigmatisme ini dikoreksi dengan Cyl - pada axis vertikal atau Cyl + pada axis horisontal.


 














2.      Astigmatisme Against The Rule.
      Jika meredian horisontal memiliki daya bias lebih kuat dari pada meredian vertikal. Astigmatisme ini dikoreksi dengan Cyl - pada axis horisontal atau dengan Cyl + pada axis vertikal.
 


2.1.4.                        ASTIGMAT TOTAL
Jumlah Silindris (Astigmat Total)  mata terdiri dari kedua kornea dan lenticular astigmatisme. Untuk menentukan jenis dan jumlah Silindris, hubungan berikut dapat digunakan: Total Silindris terdiri dari kornea dan lentikular astigmatism (internal).
Jumlah Silindris = Astigmatisma Kornea + Lenticular Silindris (TA = CA + LA) (Dari Lensa Kontak dan Penyakit Kornea, A. Gasset.)
Jumlah Silindris tercermin dalam refraksi pasien atau koreksi tontonan,
Lenticular Silindris tidak dapat diukur dengan keratometry, tetapi dapat dihitung dengan menggunakan rumus berikut: Lenticular astigmatisma = Total astigmatisma - astigmatisma Kornea

2.2.   LENSA KONTAK LUNAK TORIK

             Lensa kontak torik adalah lensa kontak yang mempunyai kekuatan cylinder sehingga bias digunakan untuk mengoreksi kelainan astigmat. 

Desain Lensa Kontak Toric
            Prinsip dasar untuk semua jenis desain lensa kontak torik adalah untuk memberikan koreksi yang maksimal bagi semua penderita astigmat. Perbedaan kekuatan antara meredian yang satu dengan meredian yang lainnya menyebabkan terjadinya perbedaan ketebalan yang harus diperhatikan dalam menentukan desain torik yang nantinya disesuaikan dengan kondisi astigmat yang dimiliki oleh pasien.

Prinsip Sistem Desain Lensa Torik
Prinsip yang mendasari semua desain lensa torik adalah untuk memberi koreksi penuh untuk setiap meridian-meridian utama. Ini menetralisir kelainan refraksi pada semua meridian dan membiaskan cahaya dari semua meridian ke satu focus umum pada retina.
Perbedaan kekuatan meridian melibatkan perbedaan ketebalan yang mempengaruhi kestabilan lensa dimata. Dinamika dan kestabilan pada mata dipengaruhi oleh daya gravitasi,tekanan kelopak,daya lapisan airmata dan ketebalan yang berbeda disebabkan oleh desain dan BVP lensa.

            Berdasarkan kekuatan cylinder yang terdapat pada lensa, desain lensa torik secara umum dibagi menjadi 2,yaitu:

a.Desain Front Torik 
Disebut juga dengan toric permukaan depan atau Front Surface Toric ( FST ),dimana secara fisik lensa kontak ini mempunyai kekuatan cylinder pada permukaan depan dan permukaan belakangnya berkekuatan spheris. Bisa digunakan untuk mengoreksi kelainan astigmat lensa.

b.Desain Back Torik

Disebut juga torik permukaan belakang atau Back Surface Torik ( BST ),dimana lensa kontak ini permukaan belakangnya berkekuatan cylinder sedangkan permukaan depan berkekuatan spheris.
Lensa kontak ini cenderung untuk mengoreksi.

KLASIFIKASI LENSA KONTAK TORIK.

A. Lensa Kontak Lunak Torik
Tanpa memperhatikan desain lensa, semua lensa lunak torik dan lensa spheris juga menjadi bitorik di mata apabila kornea adalah torik.
         Penglihatan yang baik memerlukan  penempatan axis silinder yang stabil.ciri-ciri lensa yang menstabilkan prilaku penempatan Lensa Kontak Lunak Torik mesti di gabung ke dalam desain lensa. Tehnik-tehnik stabilisasi yang di gunakan adalah prism ballast, truncation,peri-ballast, double slab-off,dan reverse prism.
Diperdebatkan bahwa, jika sebagian besar atau semua dari astigmatisme total berasal dari kornea, maka desain permukaan belakang torik merupakan tekhnik stabilisasinya sendiri. Bagaimanapun sifat kornea yang torik dengan ukuran rendah akan memberikan kestabilan yang sedikit.



Perbedaan Ketebalan Lensa Kontak Lunak Torik.
            Lensa Kontak Lunak Torik memperlihatkan perbedaan ketebalan daerah dan meridian yang disebabkan oleh perbedaan kekuatan meridian dan cirri-ciri desain yang bertanggung-jawab untuk mengontrol orientasi meridian. Implikasi dari perbedaan dalam ketebalan lensa dapat dipertimbangkan dalam cara-cara sbb:
·         Fitting dan orientasi
·         Transmisibilitas oksigen(factor adanya kompromi kornea dalam daerah lensa yang lebih tebal disebabkan oleh iritasi mekanis,hypoksia).
·          Perubahan-perubahan kornea secara mekanis dan fisiologis
Kadar air Lensa Kontak Lunak Torik dihidrasi
·         Sedikit bacaan peihal dihidrasi Lensa Kontak Lunak Torik
·         Bahkan dalam kelembaban tinggi,kehilangan kadar air sebesar 10% juga mungkin
·         Data yang bertentangan pada efek kelembaban rendah .

2.2.1.   FITTING LENSA KONTAK LUNAK TORIK

 

Ø  Penilaian dari fitting
o   Fitting yang baik: liputan kornea penuh,sentrasi dan gerakan baik, kembali dengan cepat ke axis jika terjadi ketidak tepatan posisi.
o   Fitting yang ketat: sentrasi baik,nyaman pada mulanya,gerakan yang sedikit atau tidak ada
o   Fitting yang longgar: gerakan berlebihan,sentrasi buruk,orientasi lensa tidak stabil dan tidak tetap.

Ø  Cara-cara fitting
o   Lensa ujicoba spheris khusus (desain toric): over koreksi sphero-silinder dan mengimbangi orientasi lensa.
o   Lensa Kontak Lunak Torik uji coba: mengimbangi orientasi lensa.
o   Memasang secara empiris: tanpa fitting lensa uji coba atau lensa ujicoba spheris+over koreksi.

Ø  Pengukuran putaran lensa
o   Tanda referensi pada lensa ada diposisi 3 dan 9 atau 6
o   Penandaan lensa adalah untuk referensi saja.
o   Mengukur putaran: celah sempit pada slitlamp, lensa silinder di trial frame, dan skala busur derajat pada eyepiece graticule.
o   Memperkirakan derajat putaran lensa.

Ø  Prosedur fitting Lensa Kontak Lunak Torik
o   Ukur kelainan refraksi dan jarak vertex
o   Pilih desain lensa torik
o   Pilih power lensa uji coba untuk menyesuaikan dengan refraksi pada bidang kornea.
o   Pilih BOZR atau TD
o   Uku orientasi meridional(ketidaktepatan axis)
o   Hitung resep terakhir termasuk kompensasi axis.

Ø  Pertimbangan-pertimbangan fisiologis dari Lensa Kontak Lunak Torik
o   Komplikasi seperti edema kornea dan vaskularisasi kornea mungkin lebih disebabkan tambahnya tebal lensa
o   Jika masalah terjadi gunakan bahan kadar air tingg(55 % atau lebih)

o   Jika masalah tetap, pasang kembali dengan lensa RGP.

6 komentar:

  1. terima kasih untuk isi materinya,, teteh dari stikes dharma husada bandung?? angkatan ke brp? ^^

    BalasHapus
  2. Sama sama teteh :)
    Iyah, saya angkatan ke 6

    BalasHapus
  3. Keren tuh infonya mas e & mbakee. Saya juga menemukan online shop baru yang menjual SoftLens warna online x2, geo lens, omega dengan harga terjangkau dan gratis ongkos kirim serta dapat dipercaya. ayo cekidott...

    BalasHapus
  4. kak dari dhb ya ,wah sama dong , saya juga dari RO , tapi saya baru maba.
    boleh minta alamat emailnya ?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Halo ilmi dwi, boleh ini alamat email sy aryanipermatasari@gmail.com
      Salam kenal ☺

      Hapus
  5. kak, boleh tau sumber pustaka buat tulisan ini nggak ya?

    BalasHapus